may Allah Bless you

Tuesday 5 June 2012

Rindu Rasulullah

Bilal bin Rabbah, sahabat Rasulullah SAW berkulit hitam namun berhati
putih mempunyai banyak kenangan tersendiri pada lelaki mulia yang
menjadi nabinya. Kenangan itu berkerak dan melekat dalam diri Bilal ra.
sampai jauh setelah Rasulullah SAW wafat. Agar tak terkoyak moyak
hatinya, Bilal ra. memutuskan untuk tak lagi adzan sepeninggal
Rasulullah SAW. Sampai suatu ketika, rindu Bilal ra. tak tertahankan. Ia
pun mengumandangkan adzan.

Kisah itu diawali dengan cerita Bilal ra. tentang mimpinya semalam.
Lelaki asal Ethiopia itu, suatu malam bermimpi dalam tidurnya. Dalam
mimpinya, Bilal bertemu dengan Rasulullah SAW. “Bilal, betapa rindu aku
padamu,” kata Rasulullah SAW dalam mimpi Bilal.

Satu orang mendengar cerita Bilal ra. Tak berapa lama, orang pertama
menceritakan mimpi Bilal ra. pada orang kedua. Orang keduapun bercerita
pada orang ketiga, keempat, kelima dan seterusnya. Menjelang sore,
nyaris seluruh penduduk kota Madinah, kota yang sudah lama
ditinggalkannya, tahu tentang mimpinya itu. Maka bersepakat penduduk
Madinah, meminta Bilal ra. untuk adzan di masjid Rasulullah saat waktu
shalat maghrib tiba.

Tak kuasa Bilal menolak keinginan sahabat-sahabatnya. Senja merah, angin
sepoi dan langit bersih dari mega. Bilal mengumandangkan adzan.
Penduduk Madinah tercekam kerinduan. Rasa dalam dada membuncah,
detik-detik bersama Rasulullah, manusia tercinta terbayang kembali di
pelupuk mata. Akhirnya, penduduk Madinah pun menitikkan air mata
rindunya. Dan Bilal ra, tentu saja ia diharu biru rindu pada kekasihnya,
nabi akhir zaman itu.

No comments:

Post a Comment

nama anak-anak