may Allah Bless you

Friday 27 May 2011

Usamah ra. sebagai Panglima


Ibnu Asakir telah memberitakan dari Az-Zuhri dari Urwah dari Usamah
bin Zaid ra. bahwa Rasulullah SAW memerintahkannya untuk menyerang suku
kaum Ubna pada waktu pagi dan membakar perkampungannya. Maka Rasulullah
SAW berkata kepada Usamah: "Berangkatlah dengan nama Allah!". Kemudian
Rasulullah SAW keluar membawa bendera perangnya dan diserahkannya ke
tangan Buraidah bin Al-Hashib Al-Aslami ra. untuk dibawa ke rumah
Usamah ra. Beliau juga memerintahkan Usamah untuk membuat markasnya di
Jaraf di luar Madinah sementara kaum Mukmin membuat persiapan untuk
keluar berjihad. Maka Usamah ra. mendirikan kemahnya di suatu tempat
berdekatan dengan Siqayat Sulaiman sekarang ini. Maka mulailah orang
berdatangan dan berkumpul di tempat itu. Siapa yang sudah selesai
kerjanya segera datang ke perkemahan itu, dan siapa yang masih ada
urusan diselesaikan urusannya terlebih dahulu.

Tiada seorang pun dari kaum Muhajirin yang unggul, melainkan dia ikut
dalam pasukan jihad ini, termasuk Umar bin Al-Khatthab, Abu Ubaidah,
Sa'ad bin Abu Waqqash, Abul A'war Said bin Zaid bin Amru bin Nufail
radiallahuanhum dan banyak lagi para pemuka Muhajirin yang ikut serta.
Dari kaum Anshar pun di antaranya Qatadah bin An-Nu'man dan Salamah bin
Aslam bin Huraisy ra.huma dan lain-lain. Ada di antara kaum Muhajirin
yang kurang setuju dengan pimpinan Usamah ra. itu, karena usianya masih
terlalu muda (18 tahun). Di antara orang yang banyak mengkritiknya
ialah Aiyasy bin Abu Rabi'ah ra. dia berkata: "Bagaimana Rasuluilah
mengangkat anak muda yang belum berpengalaman ini, padahal banyak lagi
pemuka-pemuka kaum Muhajirin yang pernah memimpin perang". karena
itulah banyak desas-desus yang memperkecilkan kepemimpinan Usamah ra.
Umar bin Al-Khatthab ra. menolak pendapat tersebut serta menjawab
keraguan orang ramai. Kemudian dia menemui Rasulullah SAW serta
memberitahu tentang apa yang dikatakan orang ramai tentang Usamah.
Beliau SAW sangat marah, lalu memakai sorbannya dan keluar ke masjid.
Bila orang ramai sudah berkumpul di situ, beliau naik mimbar,
memuji-muji Allah dan mensyukurinya, lalu berkata: "Amma ba'du! Wahai
sekalian manusia! Ada pembicaraan yang sampai kepadaku mengenai
pengangkatan Usamah? Demi Allah, jika kamu telah menuduhku terhadap
pengangkatanku terhadap Usamah, maka sebenarnya kamu juga dahulu telah
menuduhku terhadap pengangkatanku terhadap ayahnya, yakni Zaid. Demi
Allah, si Zaid itu memang layak menjadi panglima perang dan puteranya
si Usamah juga layak menjadi panglima perang setelahnya. Kalau ayahnya
si Zaid itu sungguh sangat aku kasihi, maka puteranya juga si Usamah
sangat aku kasihi. Dan kedua orang ini adalah orang yang baik, maka
hendaklah kamu memandang baik terhadap keduanya, karena mereka juga
adalah di antara sebaik-baik manusia di antara kamu!".

Sesudah itu, beliau turun dari atas mimbar dan masuk ke dalam rumahnya,
pada hari Sabtu, 10 Rabi'ul-awal. Kemudian berdatanganlah kaum
Muhajirin yang hendak berangkat bersama-sama pasukan Usamah itu kepada
Rasulullah SAW untuk mengucapkan selamat tinggal, di antaranya Umar bin
Al-khatthab ra. dan Rasulullah SAW terus mengatakan kepada mereka:
"Biarkan segera Usamah berangkat! Seketika itu pula Ummi Aiman ra.
(yaitu ibu Usamah) mendatangi Rasulullah SAW seraya berkata: "Wahai
Rasulullah! Bukankah lebih baik, jika engkau biarkan Usamah menunggu
sebentar di perkemahannya, sehingga engkau merasa sehat, karena, jika
Usamah ra. berangkat juga dalam keadaan seperti ini, tentulah dia akan
merasa bimbang dalam perjalanannya!". Tetapi Rasulullah SAW tetap
mengatakan: "Biarkan segera Usamah berangkat!".

Orang ramai sudah berkumpul di perkemahan pasukan Usamah itu, dan
mereka menginap di situ pada malam minggu itu. Usamah datang lagi
kepada Rasulullah SAW pada hari Ahad dan Beliau SAW terlalu berat
sakitnya, sehingga mereka memberikannya obat. Usamah menemui Beliau
sedang kedua matanya mengalirkan air mata. Ketika itu Al-Abbas berada
di situ, dan di sekeliling Beliau ada beberapa orang kaum wanita dari
kaum keluarganya. Usamah menundukkan kepalanya dan mencium Rasulullah
SAW sedang Beliau tidak berkata apa-apa, selain mengangkat kedua belah
tangannya ke arah langit serta mengusapkannya kepada Usamah. Berkata
Usamah: "Aku tahu bahwa Rasulullah SAW mendoakan keberhasilanku. Aku
kemudian kembah ke markas pasukanku". "Pada besok harinya, yaitu hari
Senin, aku menggerakkan pasukanku sehingga kesemuanya telah siap untuk
berangkat. Aku mendapat berita bahwa Rasulullah SAW telah segar
sedikit, maka aku pun datang sekali lagi kepadanya untuk mengucapkan
selamat tinggal, kata Usamah". Beliau berkata kepadaku: "Usamah!
Berangkatlah segera dengan diliputi keberkatan dari Allah!". Aku lihat
isteri-isterinya cerah wajah mereka karena gembira melihat beliau
sedikit segar pada hari itu. Kemudian datang pula Abu Bakar ra. dengan
wajah yang gembira, seraya berkata:"Wahai Rasulullah! Engkau terlihat
lebih segar hari ini, Alhamduillah. Hari ini hari pelangsungan
pernikahan puteri Kharijah, izinkanlah aku pergi". Maka Rasulullah SAW
mengizinkannya pergi ke Sunh (sebuah perkampungan di luar kota
Madinah), Usamah ra. pun kembali kepada pasukannya yang sedang menunggu
penntahnya untuk bergerak, dan dia telah memerintahkan siapa yang masih
belum berkumpul di markasnya supaya segera datang karena sudah tiba
waktunya untuk bergerak.

Belum jauh pasukan itu meninggalkan Jaraf, tempat markas perkemahannya,
datanglah utusan dari Ummi Aiman memberitahukan bahwa Rasulullah SAW
telah kembali ke rahmatullah. Usamah segera memberhentikan pergerakan
pasukan itu, dan segera menuju ke kota Madinah bersama-sama dengan Umar
ra. dan Abu Ubaidah ra. ke rumah Rasulullah SAW dan mereka mendapati
beliau telah meninggal dunia. Beliau wafat ketika matahari tenggelam
pada hari Senin malam 12 Rabi'ul-awal. Kaum Muslimin yang bermarkas di
Jaraf tidak jadi berangkat ke medan perang, lalu kembali ke Madinah.
Buraidah bin Al-Hashib yang membawa bendera Usamah, lalu menancapkannya
di pintu rumah Rasulullah SAW. Sesudah Abu Bakar ra. diangkat menjadi
Khalifah Rasulullah SAW dia telah menyuruh Buraidah ra. mengambil
bendera perang itu dan menyerahkan kepada Usamah, dan supaya tidak
dilipat sehingga Usamah memimpin pasukannya berangkat ke medan perang
Syam. Berkata pula Buraidah: "Aku pun membawa bendera itu ke rumah
Usamah , dan pasukan itu pun bergerak menuju ke Syam". Setelah selesai
tugas kami di Syam, kami kembali ke Madinah dan bendera itu terus saya
tancapkan di rumah Usamah sehingga Usamah meninggal dunia.

Apabila berita wafatnya Rasulullah SAW sampai kepada kaum Arab,
sebagian mereka telah murtad keluar dari agama Islam. Abu Bakar ra.
memanggil Usamah lalu menyuruhnya supaya menyiapkan diri untuk
berangkat memerangi bangsa Romawi sebagaimana yang diperintahkan oleh
Rasulullah SAW sebelum wafatnya dahulu. pasukan Islam mulai berkumpul
lagi di Jaraf di perkemahan mereka dulu. Buraidah ra. yang diamanahkan
untuk memegang bendera perang telah berada di markasnya di sana. Tetapi
para pemuka kaum Muhajirin yang terutama, seperti Umar, Usman, Abu
Ubaidah, Sa'ad bin Abu Waqqash, Said bin Zaid dan lainnya mereka telah
datang kepada Khalifah Abu Bakar ra. seraya berkata: "wahai Khalifah
Rasulullah! Sesungguhnya kaum Arab sudah mula memberontak, dan adalah
tidak wajar engkau akan membiarkan pasukan Islam ini meninggalkan kami
pada masa ini. Bagaimana kalau engkau pecahkan pasukan ini menjadi dua.
Yang satu untuk engkau kirimkan kepada kaum Arab yang murtad itu untuk
mengembalikan mereka kepada Islam, dan yang lain engkau pertahankan di
Madinah untuk menjaganya, siapa tahu kalau-kalau ada yang datang untuk
menyerang kita dari mereka itu. Kalau tidak, maka yang tinggal di sini
hanya anak-anak kecil dan wanita saja, bagaimana mereka dapat
mempertahankannya? Seandainya engkau menangguhkan memerangi kaum Romawi
itu, sehingga keadaan kita dalam negeri aman, dan kaum Arab yang murtad
itu kembali ke pangkuan kita, ataupun kita kalahkan mereka terlebih
dahulu, kemudian kita mengirim pasukan kita untuk memerangi bangsa
Romawi itu, bukankah itu lebih baik?! Kita pun tidak merasa bimbang
dari bangsa Romawi itu untuk datang menyerang kita pada masa ini!. Abu
Bakar ra. hanya mendengar bermacam-macam pandangan dari para pemuka
Muhajirin itu.

Setelah selesai mereka berkata, maka Abu Bakar ra. bertanya lagi:
Adakah yang mau memberikan pendapatnya lagi, atau kamu semua telah
memberikan pendapat kamu?! jawab mereka: "Kami sudah berikan apa yang
harus kami sampaikan!". "Baiklah, kalau begitu. Saya telah dengar semua
apa yang hendak kamu katakan itu", ujar Abu Bakar. Demi jiwaku yang
berada di tangannya! Kalau aku tahu bahwa aku akan dimakan binatang
buas sekalipun, niscaya aku tetap akan mengutus pasukan ini ke
tujuannya, dan aku yakin bahwa dia akan kembali dengan selamat. Betapa
tidak, sedang Rasulullah SAW yang telah diberikan wahyu dari langit
telah berkata: "Berangkatkan segera pasukan Usamah". Tetapi ada suatu
hal yang akan aku beritahukan kepada Usamah sebagai panglima pasukan
itu. Aku minta darinya supaya memembiarkan Umar tetap tinggal di
Madinah untuk membantuku di sini, karena aku sangat perlu kepada
bantuannya. Demi Allah, aku tidak tahu apakah Usamah setuju atau tidak.
Demi Allah, jika dia enggan membenarkan sekalipun, aku tidak akan
memaksanya! Kini tahulah para pemuka Muhajirin itu, bahwa khalifah
mereka yang baru itu telah berazam sepenuhnya untuk mengirim pasukan
Islam, sebagaimana yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW sebelumnya.

Abu Bakar ra. lalu pergi ke rumah Usamah ra., dan memintanya agar
membiarkan Umar ra. tinggal di Madinah untuk membantunya. Usamah ra.
setuju. Untuk meyakinkan dirinya, maka Abu Bakar ra. berkata lagi:
"Benar engkau mengizinkannya dengan hati yang rela?" Jawab Usamah:
"ya!". Khalifah Abu Bakar ra. lalu mengeluarkan perintah supaya tidak
ada seorang pun mengelakkan dirinya dari menyertai pasukan Usamah itu
sesuai dengan perintah Rasulullah SAW sebelum wafatnya. Dia berkata
lagi: "Siapa saja yang melewatkan dirinya untuk keluar, niscaya aku
akan menyuruhnya mengejar pasukan itu dengan berjalan kaki". Kemudian
Abu Bakar ra. memanggil orang-orang yang pernah mengecil-ngecilkan
pengangkatan Usamah sebagai panglima perang, dan memarahi mereka serta
menyuruh mereka ikut keluar bersama-sama pasukan itu, sehingga tiada
seoran pun yang berani memisahkan dirinya. Apabila pasukan itu sudah
mulai bergerak, Abu Bakar ra. datang untuk mengucapkan selamat
berangkat kepada mereka. Usamah mendahului para sahabatnya dari Jaraf,
dan mereka kurang lebih 3,000 orang, di antaranya ada 1,000 orang yang
menunggang kuda. Abu Bakar ra. berjalan kaki di sisi Usamah ra. untuk
mengucapkan selamat jalan kepadanya: "Aku serahkan kepada Allah
agamamu, amanatmu dan kesudahan amalmu! Sesungguhnya Rasulullah SAW
sudah berpesan kepadamu, maka laksanakanlah segala pesannya itu, dan
aku tidak ingin menambah apa-apa pun, tidak akan menyuruhmu apa pun
atau melarangmu dari apa pun. Aku hanya menjalankan apa yang
diperintahkan oleh Rasuluflah SAW saja".

Usamah ra. dan pasukannya maju dengan cepat. Dia telah melalui beberapa
negeri yang tetap mematuhi Madinah dan tidak keluar dari Islam, seperi
Juhainah dan lainnya dari suku kaum Qudha'ah. Apabila dia tiba di
Wadilqura, Usamah mengutus seorang mata-mata dari suku Hani Adzrah,
dikenal dengan nama Huraits. Dia maju meninggalkan pasukan itu, hingga
tiba di LThna dan dia coba mendapatkan berita di sana, kemudian dia
kembali secepatnya dan baru bertemu dengan pasukan Usamah sesudah
berjalan selama dua malam dari Ubna itu. Huraits lalu memberitahu
Usamah, bahwa rakyat di situ masih belum berbuat apa-apa. Mer
eka belum
berkumpul untuk menentang pasukan yang mereka, dan mengusulkan supaya
pasukan Usamah segera menggempur sebelum mereka dapat mengumpulkan
pasukan.

No comments:

Post a Comment

nama anak-anak